Saturday, October 15, 2022

REUNI AJANG SILAHTURAHMI

Reuni adalah ajang silahturami. Demikian juga reuni emas yg akan  digelar nanti di Jogja tempat kita pernah menuntut ilmu. Senang rasanya bisa ketemuan lagi dengan kawan lama dan ingin merajut kembali tali silahturahmi ini menjadi "pasaduluran sak-lawasé". 

Pentingnya menjalin tali silahturahmi tertuang dalam firman Allah SWT yg artinya sbb:

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."(QS An-Nisa Ayat 36)

Pada surat An-Nisa ayat 36 disebutkan tentang pentingnya bersilaturahmi. Bahkan, perintah tersebut berdampingan dengan perintah untuk bersujud kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW sendiri menyebutkan betapa pentingnya menjalin tali silaturahmi.

"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi." (HR. Bukhari)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa silaturahmi merupakan salah satu pertanda keimanan. Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menjaga silaturahmi, Allah sangat membenci pemutus tali silaturahmi.

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Abu Hurairah)

Allah SWT sangat menyukai hambanya yang suka menjaga silaturahmi. Disebutkan dalam satu hadits, Allah SWT akan dekat kepada manusia yang ramah dan penuh perhatian kepada saudaranya.

Menyambung tali silaturahmi juga bermakna menegakkan agama. Silaturahmi adalah ajaran Islam yang menunjukkan pentingnya hubungan antara sesama manusia.

Mengenai hal tersebut, Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisa ayat 1 yang artinya berbunyi:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Itulah pentingnya silaturahmi berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Untuk itu, jagalah tali silaturahmi baik dengan saudara maupun sesama muslim.

Mari kita sukseskan reuni emas kita nanti sebagai ajang silahturami, bertekat menjadi benar²  paseduluran sak-lawasé. InsyaAllah. 🙏

Monday, October 10, 2022

RINDU ROSUL SAW

 RINDU ROSUL SAW


"Ya Rasul, Apakah sudah waktunya untuk Iqomat?" tanya Bilal ke Rasulullah. Rasulullah mengangguk.

Bilal pun Iqomat. Sholat berjamaah dilakukan. Rasulullah yang jadi Imamnya. 

Tapi suatu hari kebiasaan bilal adzan dan Iqomat hanyalah menjadi kenangan. Kenangan yang membangkitkan kesedihan. Sejak Rasulullah wafat, Bilal tak pernah adzan lagi. Bilal sudah mencobanya tapi tak bisa. Mulutnya tercekat, suaranya hilang ketika tiba di kata "Muhammad"

Tak tahan dengan segala kenangan. Bilal pun pergi meninggalkan Madinah. Mungkin begitulah cara mengobati kesedihan. Karena bukan kehilangan yang berat tapi kenangan. 

Lama Bilal pergi. Hingga kepemimpinan berganti. Dari Abu Bakar ke Umar. Umar rindu dengan adzan Bilal. Umar pun menemui Bilal yang kini telah tinggal di Syam. Umar merayu Bilal agar kembali lagi dan adzan lagi. 

Mata pria berkulit hitam, legam dan kekar itu berkaca-kaca. Air mata deras menetes di pipinya. Dengan suara lirih dia berkata, "Aku tak bisa, Umar. Aku tak akan mampu melakukannya lagi."

Umar sampaikan bahwa penduduk Madinah merindukan Bilal. Mereka ingin mendengarkan adzan Bilal. 

Sekali lagi Bilal berkata lirih,"aku tak akan sanggup Umar."  Air mata kian deras mengalir di pipinya. Sesekali, Bilal memejamkan mata. Dia tarik napasnya dalam-dalam.

"Tapi,  muslim di Madinah sedang membutuhkanmu, Bilal. Mereka ingin mendengarkanmu mengumandangkan adzan. Mereka rindu suaramu. Mereka rindu lantunan adzanmu, wahai muadzin Rasulullah!" kata Umar memohon. 

Mata Bilal kian berkaca-kaca. Dia menangkap harapan Umar yang begitu besar agar dia mau mengumandangkan adzan lagi di Madinah. Apalagi Umar sampai menempuh jarak yang begitu jauh dari Madinah ke Syam. 

Namun, berat bagi Bilal. Dia tak sanggup menanggung rindu teramat dalam jika mengingat Madinah dan mengumandangkan adzan. Bilal tak mampu menanggung rasa rindu terhadap Rasulullah yang teramat berat. Rindu itu berat. Ya sangat berat bagi Bilal. 

Umar pulang dengan tangan hampa. Bilal tetap tak mau pulang ke Madinah. Malam hari dalam tidurnya Bilal mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah menyapa Bilal, "Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?"

Bilal pun terbangun, tanpa berpikir panjang ia segera mempersiapkan perjalanan ke Madinah. Sambil merasakan kerinduan yang teramat dalam dan besar, Bilal pergi untuk menziarahi makam Rasulullah SAW.

Di Raudhah, Bilal tak mampu lagi menahan haru. Dia menangis, rindu pada Rasulullah SAW, Lelaki yang telah meninggikan derajatnya. Saat itulah  datang dua pemuda yang mulai beranjak dewasa menemui Bilal bin Rabbah, yang matanya sembab karena tangis.

Mereka berdua adalah cucu kesayangan Rasulullah, yakni Hasan dan Husein. Bilal yang semakin termakan usia, mencoba memeluk kedua cucu kesayangan Rasulullah tersebut.

Dan Husein berkata kepada Bilal, "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek."

"Baiklah, aku akan melakukannya" Jawab Bilal. Bagaimana mungkin Bilal akan menolak permintaan cucu kesayangannya Rasulullah ?

Tatkala waktu sholat tiba, Bilal naik ke tempat dahulu ia terbiasa mengumandangkan adzan pada masa Rasulullah masih hidup. Ia mengambil nafas dalam-dalam, kemudian suara merdunya yang sangat khas itu terdengar kembali. Dihempas oleh angin padang pasir ke seluruh penduduk Madinah.

Ketika lafadz "Allahu Akbar..." dikumandangkan oleh Bilal, mendadak seluruh Madinah senyap. Segala kegiatan terhenti. Semua orang terkejut. Suara yang telah bertahun-tahun hilang, dan begitu dirindukan itu, telah kembali. Suara yang mengingatkan pada sosok Rasulullah nan agung.

Suara lantang sang "Muadzin Rasul" menggema ke semua penjuru kota. Seketika orang-orang yang mendengar lantunan adzan itu terdiam. Mereka terhenyak, serasa kembali ke masa Rasulullah. Dan bertanya "Apakah Rasulullah kembali?"

Saat Bilal mengumandangkan lafadz "Asyhadu anlaa ilaha illallah," seluruh warga Madinah berlarian ke arah sumber suara itu, sambil berteriak histeris. Sewaktu Bilal sampai pada lafadz "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah..." Suaranya yang menggema menjadi terdengar parau. Dadanya bergetar, dan hatinya bergemuruh penuh kerinduan. Bilal terisak menyebutkan nama orang yang paling dirindukannya.

Air matanya mengalir begitu saja, sambil terlintas sebuah kenangan dalam ingatan Bilal, yang teringat sosok Rasulullah SAW. Semua ingatan itu, membuat Bilal tak sanggup melanjutkan adzan pada lantunan lafadz tersebut.

Di atas menara Nabawi, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Suasana itu kemudian membuat seantero Madinah pecah oleh tangisan.

Sang Khalifah Umar bin Khattab, menangis paling keras di antara yang lain. Mereka semua menangis, teringat masa-masa indah ketika Rasulullah masih ada bersama mereka.

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad....

Moga kelak kita bisa berjumpa dg yg tercinta rosul SAW

Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.. Al-Fatehah.. 

Allohuma sholii alaa Muhammad.. wa alaa ali sayyidina Muhammad...