PULUHAN warga berkumpul di komplek makam Kiai Tuk Songo, yang tidak jauh dari aliran Kali Progo Kota Magelang, Jumat (26/11) untuk menggelar tradisi yang disebut dengan nyadran. Menurut Bakrun Hariyanto selaku ketua panitia, tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap Hari Jumat Pon di Bulan Besar. Kalau di Bulan Besar tidak ada Hari Jumat Pon, maka kegiatan akan dilaksanakan pada Jumat Kliwon.
Sebelum rangkaian kegiatan di komplek makam Kiai Tuk Songo dimulai, terlebih dahulu digelar kirab budaya dari Lapangan Kwarasan Kota Magelang menuju ke komplek makam. Dalam kirab ini di bagian depan tampil beberapa orang berpenampilan ala bregada yang memikul sebuah tempayan berisi masakan gulai kambing. Di belakang ada beberapa orang yang salah satu tangannya memegang sebuah layah yang berisi daging masakan gulai, kemudian disusul dengan kelompok yang memikul gunungan hasil bumi, dan bagian belakang tampil kesenian tradisional.
Sebelum kirab atau arak-arakan ini berangkat menuju ke komplek makam Kiai Tuk Songo, juga digelar sebuah fragmen yang menceriterakan asal-muasal hadirnya gerebeg gulai kambing ini, dan secara simbolis prosesi gerebeg gulai diawali dengan penuangan daging kambing ke dalam tungku atau tempayan oleh Walikota Magelang Ir H Sigit Widyonindito MT dan jajarannya. Dengan penuh kebersamaan dan suka ria, masyarakat pun memasaknya, untuk kemudian masakan tersebut dikirab menuju ke komplek makam Kiai Tuk Songo.
Untuk sampai di komplek makam, yang tidak jauh dari aliran Kali Progo ini, terlebih dahulu harus jalan kaki menyusuri pematang sawah yang berkelok-kelok. Bersamaan dengan itu masyarakat Kelurahan Cacaban Kecamatan Magelang Tengah sudah banyak yang menunggu sambil duduk lesehan di atas alas atau tikar yang dibawa dari rumah masing-masing. Selain membawa tikar atau alas untuk duduk lainnya, warga pun datang juga membawa tas yang berisi makanan, ada yang berbentuk nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya, nasi putih dengan beberapa lauk sayur-sayuran maupun jajanan buatan sendiri.
Beberapa acara juga digelar di komplek makam ini, diantaranya ceramah agama yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Al-Ikhlas, tahlil maupun lainnya. Begitu pembacaan Surat Al-Ikhlas dan tahlil, yang dipimpin seorang kiai dari wilayah Kabupaten Magelang, selesai dilakukan, beberapa warga langsung saling tukar makanan yang dibawanya. Beberapa saat kemudian, warga pun mulai berebut gunungan hasil bumi, yang di bagian atasnya terdapat sebuah jantung pisang sebagai 'mahkota'-nya. Beberapa orang kemudian juga berebut gulai kambing, yang diletakkan di lokasi lain.
Melihat seluruh rangkaian kegiatan ini, Walikota Magelang juga berharap agar pelaksanaan kegiatan di tahun depan dapat dilakukan lebih meriah lagi, dan diharapkan hal ini dapat mendorong masyarakat luas untuk melu handarbeni.
Dalam sejarah riwayat nyadran ini, yang dibacakan seorang warga, disebutkan kalau beberapa tahun silam di wilayah Cacaban terjadi pageblug dan banyak warga yang sakit kemudian meninggal dunia. Hal ini memperoleh perhatian santri dan tokoh agama saat itu, Kiai Kodri, meminta untuk dilaksanakan mujahadahan di tepi aliran Kali Progo ini untuk mohon keselamatan. Kiai Tuk Songo sendiri merupakan nama samaran dari Kiai Ahmad Abdussalam, yang merupakan salah satu murid P Diponegoro yang berasal dari Keraton Surakarta. Konon Kiai Tuk Songo ini merupakan teman Kiai Langgeng, dan sama-sama berjuang melawan penjajah. (Thoha)
http://www.krjogja.com/news/detail/60064/Grebeg.Gulai.Kambing.Berlangsung.Meriah.html
No comments:
Post a Comment